Oleh : Jubing Kristianto
* Agar tak tergantung pada lagu-lagu gitar karya orang lain,
alangkah baiknya gitaris belajar membuat aransemen sendiri. Bahan
bakunya berlimpah. Dari lagu rakyat, lagu anak, hingga lagu-lagu pop
lama dan mutakhir.
* Yang dimaksud dengan aransemen adalah upaya kreatif menata dan
memperkaya sebuah melodi, lagu, atau komposisi, ke dalam medium maupun
gaya yang baru. Mediumnya bisa apa saja, dari instrumen tunggal hingga
sebuah orkestra. Tentu saja dalam workshop ini kita hanya akan fokus
pada aransemen untuk gitar tunggal.
* Membuat aransemen lebih mudah dari membuat komposisi. Sebab, kita
tinggal "memungut" bahan yang sudah tersedia. Bayangkan, sejak zaman
manusia mulai mencatat musik hingga kini, barangkali sudah tercipta
ratusan ribu atau bahkan jutaan melodi, lagu, dan komposisi yang bisa
menjadi sumber pembuatan aransemen. Ambil contoh lagu rakyat. Dari
Indonesia saja jumlah lagu rakyat amat banyak. Belum lagi lagu-lagu
rakyat dari negara lain. Apalagi ditambah lagu-lagu anak dan lagu-lagu
pop.
BENTUK DASAR
* Bentuk dasar dari aransemen gitar tunggal adalah melodi dengan
iringan (bas + chord rhythm). Bila mau, bisa ditambahkan intro dan
coda. Memainkan bentuk dasar ini keyboard/piano tidak sulit. Pada
gitar, lebih sulit karena keterbatasan jumlah senar serta wilayah nada
gitar. Karenanya, coba mainkan dulu melodi lagu tersebut pada gitar
Anda. Apakah not tertinggi dan terendah tercakup dalam wilayah nada
gitar?
* Sebagai bahan workshop, saya memakai lagu anak-anak "Pelangi"
ciptaan AT Mahmud. Lagu ini bisa kita mainkan melodinya dalam nada
dasar C mayor di posisi I saja (lihat lampiran gambar 1).
* Bila melodi sudah bisa kita mainkan, langkah berikutnya adalah
mencari chord. Bila lagu itu sudah ada notasinya, lengkap dengan
chordnya, tentu lebih mudah. Sedikit susah bila kita mendengarkannya
lewat rekaman atau hanya punya notasi tanpa chord.
Kemampuan mengenali melodi dan/atau chord melalui pendengaran
memerlukan latihan dan pengalaman. Karena itu, nantinya jika ingin
mencoba membuat aransemen sendiri, gunakan lagu-lagu yang mengandung
tiga chord saja. Misalnya lagu-lagu anak maupun lagu-lagu rakyat yang
kebanyakan berisi chord-chord I - IV - V saja.
* Jika melodi sudah bisa dimainkan pada gitar dan semua chord pun
sudah diketahui. Maka selanjutnya coba memasukkan basnya dulu (gambar
2). Bas biasanya jatuh pada aksen hitungan pertama, berapa pun birama
dari lagu itu (2/4, 3/4, 4/4, 3/8, 6/8, dsb.). Dengarkan, apakah sudah
terdengar enak? Lumayan, bukan?
* Meski demikian, masih saja aransemen ini terdengar "sepi". Agar
lebih "ramai", Anda tinggal memasukkan not-not pembentuk chord. Di
sebelah mana? Pertama, bisa pada bagian-bagian yang kosong (gambar 3).
* Bisa juga membunyikan chord pada selang jumlah ketukan tertentu (gambar 4).
Karena keterbatasan jumlah senar, kita tidak mesti membunyikan
semua not yang terkandung dalam sebuah chord. Terkadang hanya dengan
satu atau dua not, plus bas, kita sudah bisa mendapatkan hasil yang
baik. Contoh: bila ada chord C, kita bisa membunyikan not C dan E saja.
Sedangkan not G bisa diabaikan.
* Mau lebih ramai lagi? Anda bisa mengubah bas dan chord menjadi arpegio (gambar 5).
POSISI LEBIH TINGGI
* Tidak semua lagu semudah "Pelangi". Pada banyak lagu, melodi
tidak mungkin dimainkan hanya di posisi I dan menuntut kita bermain di
posisi yang lebih tinggi. Itu berarti harus melibatkan iringan chord
pada posisi lebih tinggi pula. Untuk jelasnya, lihat contoh cuplikan
aransemen sederhana lagu "Sarinande" (gambar 6) dalam dasar C mayor.
Dengan demikian, kita hendaknya memahami bentuk-bentuk chord dalam
berbagai posisi alternatif. Pada gitar, misalnya, chord F selain pada
posisi I juga bisa ditemui pada posisi III, V, atau VIII.
* Bila enggan berurusan dengan chord di posisi tinggi, Anda bisa
menurunkan nada dasar agar mendapat posisi chord yang lebih mudah.
Sebagai contoh, cuplikan yang sama bisa dimainkan dalam nada dasar G
mayor di posisi I saja (gambar 7). Sekarang tinggal Anda menilai, mana
yang lebih indah: pada G mayor atau C mayor.
* Jika Anda ingin memperluas jenis lagu untuk diaransemen (bukan
hanya lagu-lagu sederhana), besar kemungkinan Anda akan dihadapkan pada
melodi-melodi yang terlalu luas rentang nadanya -- dimainkan di nada
dasar apa pun, selalu ada bagian melodi yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah nadanya pada gitar. Pada kasus seperti ini, kita bisa
penggal melodinya. Pada bagian yang terlalu tinggi bisa diturunkan satu
oktaf. Begitu pula sebaliknya, jika ada yang terlalu rendah bisa
dinaikkan satu oktaf. Tentunya pemenggalan dilakukan dengan
memperhatikan frase musik dan mempertimbangkan segi keindahan.
Sebagai latihan sehari-hari, biasakan dulu membuat aransemen
dasar. Bila Anda sudah fasih, barulah mulai dipikirkan bagaimana cara
membuat aransemen tersebut lebih kaya atau mencoba membuatnya lebih
kaya. Ada sejumlah hal pokok yang bisa kita lakukan untuk membuat
aransemen terdengar lebih lengkap, menarik, bahkan unik.
INTRO DAN CODA
* Anda bisa menambahkan intro (pembuka) dan coda
(penutup). Intro paling sederhana adalah memainkan bas dan chord
pengiring beberapa bar, baru kemudian lagu utama masuk. Hal serupa bisa
Anda lakukan pada bagian coda: memperpanjang bas dan chord pengiring
sebelum diakhiri dengan chord I dari nada dasar yang digunakan.
* Bentuk intro lain yang lazim dipakai (dan umumnya cocok) adalah
memainkan frase terakhir dari lagu bersangkutan. Silakan lihat contoh
pada Gambar 8, yakni bagian akhir dari lagu "Pelangi" ciptaan A.T.
Mahmud. Anda bisa memakainya sebagai intro, sebelum masuk ke lagu utama.
VARIASI RITME
* Pola ritme atau atau rhythm pattern adalah pola tertentu dari
panjang-pendeknya not yang terangkai dalam sebuah musik. Pola ritme ada
pada not-not melodi, pada birama, serta chord iringan. Contoh simpel
pada melodi, kita bisa memperpendek atau memperpanjang nilai-nilai not
dari "Pelangi" asalkan melodi aslinya masih tetap "terdengar". Lihat
contoh Gambar 9 dan Gambar 10.
* Mengubah birama (time signature) bisa menghasilkan variasi ritme
yang berbeda. Misalnya lagu berbirama 4/4 kita ubah menjadi berbirama
3/4 (lihat Gambar 11). Bisa juga kita tetap memakai birama sama tapi
mengubah pola ritme pada basnya saja. Sebagai contoh, ada beberapa macam
gaya musik yang menggunakan birama 3/4. Yakni waltz ala Wina, waltz
ala Amerika Latin, bolero, sampai jazz waltz (lihat Gambar 12, gaya
bolero). Anda boleh juga menciptakan berbagai pola ritmik baru. Yang
penting, pendengar masih bisa "menangkap" karakter lagu aslinya.
UTAK-ATIK HARMONI
* Untuk praktisnya, saya mendefisikan harmoni ini
sebagai seni memilih dan meracik nada-nada yang sama/berbeda untuk
dibunyikan simultan (chord) ataupun yang berurutan (melodi). Nada dasar
(key) dan tangga nada (scale), misalnya, adalah konsep-konsep pokok
dalam harmoni. Berikut sejumlah langkah yang bisa dilakukan untuk
memperkaya aransemen dengan "bermain-main" di wilayah harmoni.
a) Mengubah scale
Melodi dengan scale mayor, misalnya, bisa saja
kita ubah jadi scale blues. Atau, jika memang cocok, bisa saja scale
diubah jadi minor (Gambar 13). Ada banyak sekali scale lain yang
tersedia dalam khazanah musik. Dari yang modern sampai yang
tradisional, dari yang berisi 12 nada sampai 3 nada saja.
b) Mengubah progresi chord
Chord asli dari empat bar pertama lagu "Pelangi"
adalah C - C - G - G. Namun bisa saja kita kembangkan dengan
menggunakan progresi chord pengganti. Misalnya, C - E/B - Am - C7 /E -
F - D/F# - G. Untuk lebih jelasnya, lihat contoh Gambar 14.
c) Memperkaya chord
Yang dimaksud adalah menggantikan chord mayor atau
minor "polos" dengan chord-chord 7, 9, 11, 13, dan sebagainya.
Pengayaan chord ini juga bisa dikombinasikan dengan perubahan progresi
chord. Tentunya harus disesuaikan dengan lagunya.
d) Modulasi
Modulasi adalah pergantian nada dasar. Biasanya memberi efek "refreshing".
Dalam ilmu harmoni, melakukan modulasi ada triknya, agar pergantian
berlangsung mulus tanpa mengejutkan telinga pendengar. Jika malas
belajar teori harmoni, belajar saja dari aransemen atau komposisi yang
sudah jadi.
e) Mengubah register
Melodi tak harus ada pada nada tinggi. Bisa saja
kita pindahkan ke bagian bas. Atau sebaliknya, melodi yang tadinya ada
di nada rendah kita pindahkan ke wilayah nada tinggi.
f) Variasikan tekstur
Tekstur meliputi "ketebalan" maupun "kasar-lembutnya" jalinan
antar-nada dalam aransemen. Kita bisa menciptakan tekstur "tebal",
misalnya dengan membunyikan melodi, chord, dan bas sekaligus. Bisa juga
kita membuatnya jadi "tipis", semisal dengan hanya menyisakan jalinan
dua jalur melodi yang berjalan bersama atau bersahut-sahutan.
Kesan "kasar" bisa diperoleh bila melodi, chord, dan bas lebih
banyak berbunyi bersamaan. Sebaliknya, kesan "halus" bisa dicapai
dengan mengurai melodi, chord, dan bas untuk berbunyi
bergantian/bersamaan dalam pola-pola tertentu.
MENGUBAH TIMBRE
* Timbre biasa juga disebut tone color atau
warna suara. Gitaris punya sejumlah teknik unik untuk menghasilkan
warna suara berbeda. Pada gitar, perbedaan posisi jari kanan saja bisa
menentukan warna suara lembut atau metalik (sul tasto dan sul ponticello). Beberapa teknik yang lazim digunakan: pizzicato, vibrato, slur/hammering, harmonik oktaf, dan strumming.
Ada gitaris yang mempersiapkan khusus gitarnya agar bisa
menghasilkan warna suara beda dengan memasang benda-benda tertentu pada
senar gitar. Bisa lembaran kertas, selotip, paperclip, hingga jepitan
jemuran! Beberapa komposer gitar kontemporer memiliki cara-cara lebih
ekstrem untuk memperoleh timbre unik, yakni dengan menggunakan sendok
sebagai pengganti jari kiri atau kanan, membetot senar, hingga
menggeseknya dengan kuku.
"BUMBU-BUMBU" LAIN
* Kita juga dapat "bermain-main" dengan tempo dan
dinamika. Memperlambat atau mempercepat tempo, melembutkan dan
mengeraskan volume, bisa menciptakan kesegaran pada aransemen kita.
* Beberapa "bumbu" penyegar lain yang bisa dicoba:
- Masukkan efek perkusi. Pada tubuh gitar, ada beberapa bagian yang
bila dipukul bisa menghasilkan suara-suara berbeda. Juga ada beberapa
teknik menciptakan efek perkusi pada senar yang bisa dicoba. Efek
perkusi biasanya menarik perhatian pendengar.
- Tepuk tangan, jentikan jari, hentakan kaki, bahkan siulan, dan
bebunyian lain dari mulut juga dapat dimanfaatkan untuk menambah daya
tarik aransemen.
"MODAL" YANG DIPERLUKAN
* Demikianlah beberapa jurus-jurus dalam membuat aransemen untuk
gitar tunggal. Sulitkah? Bisa ya, bisa tidak. Tidak sulit jika Anda
mempunyai minat kuat untuk berani mencoba memulai membuatnya. Pilih
lagu-lagu sederhana yang sudah kita hafal sebelumnya.
* Ada beberapa "modal" yang diperlukan untuk mempermudah Anda membuat aransemen gitar. Yakni:
(1) Tahu semua chord dan juga scale-scale pokok pada gitar.
Setidaknya mayor, minor, dan dominant 7th. Akan lebih menguntungkan
bila kita juga kenal chord-chord yang lebih kompleks seperti
mayor/minor 7, 11, 13, dan sebagainya.
(2) Memiliki bekal teknik yang memadai untuk bisa memainkan
aransemen tersebut. Teknik memang bukan segalanya, namun ia merupakan
medium atau "kendaraan" yang bisa mengantar ke tujuan kita, yakni
menghasilkan aransemen/musik yang baik dan asyik didengar. Jika kita
hendak bepergian dengan kendaraan yang bermasalah, sulit tentunya sampai
ke tujuan.
(3) Kenali, atau lebih bagus lagi sering menyimak berbagai genre
musik. Baik itu dari musik tradisi, musik klasik, hingga aneka jenis
musik industri. Tontonlah macam-macam konser musik. Pelajari trik-trik
unik para musisi (dan penyanyi) untuk memikat pendengar.
(4) Meningkatkan terus pengetahuan dan wawasan musik. Untuk itu, ada
banyak buku yang mesti disimak (dari teknik hingga teori) dan juga
partitur serta rekaman musik yang mesti kita dengar (tahukah Anda, ada
banyak jenis musik di dunia ini yang mungkin belum pernah kita dengar?)
3 komentar:
Nice post gan
Kunjungan balik ya, chordkapok.com
Buat videonya dooooonnngghgg
Buat videonya dooooonnngghgg
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =)) Posting Komentar